Kisah Cinta Leoniya


Kisah Cinta Leoniya, Pagi itu tidak seperti biasanya , Danang menuju ke sekolah tempatnya mengajar tidak memakai ninja kesayangannya, tetapi dia naik sepeda gunung . Dengan santai dia mengayuh sepeda gunungnya. Udara pagi terasa segar menyapu wajahnya, sejenak danang merasa lapang, sesak hati beberapa waktu yang lalu mulai menguap.dengan perlahan dihirupnya udara pagi yang segar kuat – kuat. Hemz……………..segar terasa sampai kerelung hati yang paling dalam. Sampai sekolah waktu masih menunjukkan angka 6.15. masih pagi, murid – muridnya belum ada yang datang apalagi rekan – rekan gurunya. Terlihat pak ujo pesuruh sekolah sedang menyapu halaman. Pak Ujo mengangguk memberi hormat pada danang. “sengaja pak…..,cari udara pagi sambil olahraga ‘, jawab Danang sambil memarkir sepeda gunungnya. Danang mendatangi pak Ujo, bersalaman.Pak Ujo menatap Danang lekat – lekat, dia tahu cerita tentang penyebab Danang sakit. Rasa sayang pak Ujo kepada Danang yang telah dia anggap seperti anaknya sendiri, membuat pak Ujo gak bisa menahan diri untuk tidak merangkul Danang. Dan kedua orang dewasa yang beda usia, yang beda kedudukan itupun duduk bersandingan, saling menguatkan, saling mendukung. Dan perasaan Danang sedikit lega karena masih ada orang yang empati pada penderitaan batinnya.Tidak peduli siapa itu orangnya.


Siang itu Danang dapat menyelesaikan harinya dengan lancar. Teman – temannya semua menghibur., semua teman guru menyayangi guru ganteng yang satu ini, apalagi murid – muridnya semua sayang, makhlum Danang merupakan satu -satunya guru yang pintar bermain musik, hampir semua alat musik dia kuasai, sehingga kadang – kadang Danang mengajak anak muridnya bernyanyi dengan diringi petikan gitarnya, sedang Ety tidak masuk untuk beberapa hari, ijin pulang ke Jogjakarta. Ada urusan keluarga yang harus diselesaikan. Dan bentuk urusan macam apa tidak ada yang tau, dan Danangpun tak peduli dan tak mau peduli. Hari – hari selanjutnya Danang bisa lalui dengan enjoy tanpa kendala yang berarti. Bahkan saat Ety sudah masuk kerjapun, Danang tidak terusik .Danang tetap santai. Tak ada senyum manis apalagi kata – kata menghibur, Ucapan sekedar say hello saja tidak keluar dari mulutnya apalagi untuk berbasa basi menyapa Ety. Danang selalu datang paling pagi dan pulang sekolahpun dengan sesegera mungkin, apabila dia sudah merasa menyiapkan segala penunjang kegiatan belajar mengajar untuk besok langsung dia akan pamit pulang.


Kursi kebesaran di ruang gurupun sekarang jarang dia sentuh. Sebagai guru kelas setiap hari begitu datang Danang langsung masuk kelas, sehingga kesempatan untuk ngobrol atau sekedar share dengan teman sesama guru untuk masalah yang mungkin ditemui di kelas, tidak diagunakan. Tetapi semua temannya bahkan kepala sekolahnya menyadarai keadaan Danang, dan mereka semua bisa menerima. “Day……..ntar aku ikut yah pulang sekolah “, kata Ety dengan memakai nama panggilan kesayangan ketika berpapasan dikoridor depan ruang guru. ‘ke rumahmu……ni ada oleh 2 dari jogja’, jawab Ety kemayu. “aku bawa sepeda, kalau kamu ikut mau naik mana ? ”, jawab Danang sengak sambil berlalu meninggalkan Ety yang bengong. Sungguh tidak sopan terdengar ditelinga. Kata orang tua gak punya unggah ungguh.. “ sialan”. umpatnya lirih, dan Danang yang merasa tidak terjadi apa – apa dengan santainya ngeloyor pergi, meninggalkan Ety sendiri yang uring – uringan. “tak berperikemanusiaan ‘, sekali lagi Ety mengumpat lirih. Sedangkan suara jedor yang cukup keras akibat tendangan maut Ety tadi ternyata cukup mampu juga mengagetkan teman – teman guru yang sedang duduk santa istirahat di ruang guru, mereka saling berpandangan dan ada beberapa yang tertawa cekikikan, seakan meledek Ety.


“Ada apa bu Ety, sepertinya ada gempa yah”, goda pak Harun guru olaharaga yang berbadan besar dan berkulit hitam.Ety diam dan dengan tetap pasang muka asam dia langsung ngeloyor pergi keluar. Pura – pura tidak mendengar . Pak Ujo yang melihat dari jauh hanya tersenyum girang.Danang menuju tempat parkir, diambilnya sepedanya dan dikayuhnya pelan. “monggo pak Ujo….kulo riyin nggih”. “monggo..monggo..nak guru, hati – hati “. Siang itu akhirnya Ety nebeng pak Edy , guru baru pindahan dari kota Batu. Ety minta diantar kerumah Danang. Untuk mengantar oleh – oleh dari jogja titipan mamanya untuk calon besan katanya. Sudah hampir satu jam Ety menunggu Danang, perasaan gelisah sudah menggelayut manja dihatinya tetapi yang ditunggu gak datang – datang . Ibu Danang merasa prihatin dan hanya mampu basa – basi untuk menenangkannya. Dia tidak ingin ada kesalah pahaman antara anaknya dan calon mantunya. Danang pulang ketika waktu sudah menjelang sore. Masuk ke rumah dengan memberi salam lebih dulu, terus mandi, dan langsung ganti baju. “arep nang endi maneh anakmu bu, baru juga sampai rumah’.

Popular posts from this blog

Kisah Cinta Remaja Yang Sederhana

Kisah Romantis Pasangan Remaja

Cinta Pertama Remaja Wanita